BERTOBAT BERARTI BERUBAH
Matius 3:1-12
Ada ungkapan “lain di bibir, lain di hati” yang menggambarkan
betapa manusia sering tidak konsisten dalam bersikap. Antara kata dan perbuatan
tidak selalu selaras, bahkan bisa bertolak belakang. Seorang pendeta dapat
berkhotbah dengan berapi-api tentang kasih dan pengampunan, tetapi pada saat
yang sama, ia adalah seorang suami dan ayah yang melakukan kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT). Seseorang mungkin menunjukkan penyesalan yang
mendalam atas kesalahannya, bahkan sampai menangis, tetapi kemudian tetap mengulangi
perbuatan yang sama. Hal itu menunjukkan bahwa ia belum benar-benar bertobat dan masih hidup dalam cara hidup lamanya.
Yohanes mengundang semua
orang, tanpa terkecuali, untuk menyesali dosa dan bertobat guna menyambut
Yesus, Sang Mesias. Yohanes membaptis mereka di Sungai Yordan sebagai simbol pembersihan
diri dari cara hidup lama yang tidak berkenan kepada Tuhan. Namun, ketika
orang-orang Farisi dan Saduki datang untuk dibaptis, Yohanes dengan tegas
mengingatkan bahwa pertobatan harus diiringi dengan kesediaan untuk berubah, khususnya
dalam hal meninggalkan kemunafikan mereka. Mereka hanya ingin tampak
saleh, tetapi tidak memiliki kasih kepada sesama.
Jika
kita menyadari kesalahan dan bertobat, hal itu
harus diiringi dengan perubahan sikap. Sejatinya,
pertobatan adalah perubahan sikap dari yang salah menjadi benar. (Wasiat)
DOA:
Ya Tuhan, ubahlah hidup kami sesuai kehendak-Mu dan mampukanlah kami untuk taat pada pimpinan-Mu. Amin.